We Can Be A Genious Children.....

Asyiknya jadi anak pintar. Langganan ranking satu, masuk kelas akselerasi atau juara lomba sains. Eits, tapi siapa bilang kita enggak bisa seperti mereka. Bisa kok!

Genius......Genius.......Genius......Apa sih Genius ituh???
Kita biasa menyebut mereka genius. Anak-anak superpintar yang beruntung bisa masuk kelas akselerasi dan menghemat waktu sekolah. Uuuh, bikin iri. Eh, tapi, jangan asal panggil mereka anak genius. Dalam ilmu psikologi dan dunia pendidikan, mereka biasa dipanggil anak berbakat alias gifted child.
Genius itu berarti dia berhasil menciptakan karya yang diakui oleh manusia, seperti Einstein. Anak genius itu pasti anak berbakat, tetapi anak berbakat belum tentu termasuk genius. Jadi, lebih aman kalau kita pakai istilah anak berbakat daripada genius. Karena genius itu cuma digunakan untuk mereka yang benar-benar luar biasa pintar dan inovatif. Pokoknya sudah canggih banget deh!

Siapa yang berbakat?
Lalu, apa sih yang bikin seseorang tergolong anak berbakat? Paling kelihatan, ya, dari IQ-nya. Taruhan deh, kita sering menilai seseorang pintar atau enggak dari IQ-nya, kan? Tapi, itu aturan lama! Zaman sekarang penilaian itu enggak cukup cuma dari IQ. Menurut Prof Joe Renzulli, psikolog pendidikan asal Amerika, seseorang dikatakan berbakat kalau mempunyai nilai di atas standar pada tiga macam karakteristik, yaitu kemampuan umum, komitmen tugas, dan kreativitas. Konsep dari Prof Renzulli inilah yang dipakai Kelompok Kerja Pendidikan Luar Biasa (KKPLB) untuk mendeteksi anak berbakat.

Kemampuan umum yang dimaksud di sini antara lain adalah daya tangkap, kemampuan numerik (matematika), dan wawasan kita. Ini akan langsung ketahuan dari nilai IQ kita. Selain IQ, ada dua kemampuan lain yang enggak kalah penting.

Komitmen tugas adalah perasaan senang saat kita sedang menyelesaikan suatu pekerjaan. Ini biasanya kelihatan dari perjuangan, kerja keras, dan keuletan kita. Pantang menyerah gitulah.


Ada lagi ciri lain anak berbakat. Suka tantangan! Mereka juga mandiri dan enggak takut mengambil risiko.

Gimana sih cara mereka belajar?
Adanya inisiatif dan kemandirian tinggi membuat mereka terampil mengatur jadwalnya tanpa harus dibantu orang lain. Wah, jadi malu nih. Soalnya, banyak di antara kita yang baru belajar kalau disuruh ortu.
Duh, hebat banget sih! Kayaknya hidup anak berbakat asyik banget! Eh, tapi, enggak juga lho.

Problem anak berbakat
Semakin tinggi IQ seorang anak, ia akan semakin merasa beda. Anak berbakat punya kebutuhan berbeda dibandingkan dengan anak lain yang seusianya. Contoh, mereka cepat banget menangkap ilmu yang diajarin sehingga gampang kesal kalau menghadapi orang yang enggak sepintar dia. Kemampuan bahasa mereka yang biasanya di atas rata-rata juga sering membuat mereka mendominasi pembicaraan dan sulit mendengarkan orang lain.

Persoalan-persoalan yang dihadapi anak berbakat biasanya seputar dunia pergaulan. Kenapa ya?Sebab, perkembangan pikiran mereka lebih maju dibandingkan dengan perkembangan emosi. Sering terjadi, anak berbakat justru dianggap aneh oleh orang lain. Anggapan ini muncul karena cara berpikir mereka yang terlalu kreatif. Mereka sering melontarkan ide-ide nyeleneh yang dianggap aneh bagi banyak orang.Mereka juga sering diperlakukan berbeda oleh orang-orang di sekitarnya.
Hidup anak berbakat memang akan semakin susah kalau orang sekitarnya enggak bisa memahami dia. Di Indonesia sendiri, fasilitas untuk mereka masih belum memadai.


Jadi anak berbakat
Sebenarnya dari mana datangnya anak berbakat? Ada dua faktor. Pertama, faktor keturunan dari keluarga. Nyokap-bokap yang pintar kemungkinan besar akan melahirkan anak yang pintar juga. Faktor kedua yang enggak kalah penting adalah lingkungan. Ini berjalan sepanjang kehidupan kita. Kita mendapatkannya dari pola asuh orangtua, teman-teman, dan benda-benda di sekitar kita. Kebanyakan anak berbakat dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung potensinya.Fasilitas di rumah juga ikut mendukung. Pengaruh faktor lingkungan yang dahsyat ini juga memberikan pencerahan buat kita. Bahwa sesungguhnya kita yang IQ-nya normal pun bisa maju seperti anak berbakat!
Tapi, tetap ada syarat utama. Minimal IQ kita 100. Ini adalah patokan IQ normal. Kalau syarat ini sudah terpenuhi, kita kembangkan kemampuan lain, yaitu kreativitas dan komitmen pada tugas. Keberhasilan malah lebih tergantung pada dua aspek ini lho! Enggak percaya?
Lihat saja kisah orang sukses. Enggak ada yang ngomongin IQ. Mereka lebih menekankan kerja keras dan panjang akal.

Kerja keras, mandiri, pantang menyerah, kritis, kreatif, senang menyerap ilmu baru, dan berani ambil risiko adalah beberapa sifat penting yang harus dikembangkan supaya bisa sehebat anak berbakat. Jangan cuma gigit jari dan iri hati melihat mereka. Di dalam diri kita tersimpan potensi yang menunggu untuk dikembangkan. Sekarang pertanyaannya, apakah kita mau mengeluarkannya?

Even if you have doubts about the extent of your giftedness, you will really bring your talents to life if you will embrace your drive to become, serve, create, achieve, and contribute.

(Mary Rocamora, pendiri sekolah anak berbakat Rocamora di Los Angeles)

sumber:TRINZI MULAMAWITRI Tim MUDA

http://puskat.psikologi.ui.edu

artikel: Kita Bisa Kok Jadi Anak Jenius

(dengan beberapa perubahan,terimakasih)




0 komentar:



Posting Komentar